Saturday, August 06, 2005


Wanita Bali tempo doeloe

Sebab itu hai kaoem iboe bangsakoe Bali, marilah bersatoe oentoek menoentoet hak kita. Dan bangsakoe kaoem laki-laki yang soenggoeh-soenggoeh sayang akan bangsa yang lemah, sokonglah kami (I Goesti Ajoe Rapeg, Djatajoe, 25 November 1937, hlm.121-123).

Kalau ada yang mengatakan bahwa wanita Bali masih terbelakang dibandingkan laki-laki di bidang pendidikan, karier pekerjaan, atau dunia politik tentu sulit dibantah. Fakta dan data yang ada di masyarakat dengan mudah bisa mendukung bahwa pendapat itu banyak benarnya. Namun, kalau ada yang mengatakan bahwa wanita Bali bersifat pasif, nrimo, atau berpangku tangan saja tanpa memperjuangkan nasibnya atau nasib kaumnya dalam kehidupan sosial tentulah keliru.

Bukti-bukti tertulis menunjukkan bahwa wanita Bali bahkan sudah aktif berbicara sejak zaman kolonial untuk memperjuangkan harkat dan martabat kaumnya. Hal ini bisa dilihat dari publikasi-publikasi dari tahun 1920-an dan 1930-an yang banyak memuat artikel yang ditulis kaum wanita. Lewat tulisan-tulisan tersebut wanita Bali menyuarakan masalah-masalah yang dihadapi kaumnya. Mereka juga mengkritik atau memprotes ketidakadilan gender yang menimpa kaumnya. Bersamaan dengan itu, mereka juga mendorong wanita Bali agar mau belajar meningkatkan kecerdasan diri sehingga tidak diremehkan dalam kehidupan sosial. Laki-laki Bali yang mengolok-olok wanita dengan menjadikan mereka istri kedua atau mencarikan madu, juga dikecam.

Wanita Bali tak hanya berbicara. Mereka juga terjun ke masyarakat dengan melaksanakan aksi nyata seperti program pemberantasan buta huruf untuk menolong kaumnya agar bisa baca tulis dan sadar akan arti penting kemajuan zaman. Untuk mencapai cita-cita memajukan kaumnya, wanita Bali yang berpendidikan tak hanya mengabdikan diri mnenjadi guru tetapi juga bersatu-padu membentuk organisasi sosial, seperti Poetri Bali Sadar. Diluar tugas resminya sebagai tenaga pengajar formal, mereka juga menyediakan waktu luang mereka untuk datang ke desa-desa menggelar program pemberantasan buta huruf. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut, wanita Bali juga mendapat dukungan positif dari sejumlah intelektual laki-laki.
(I Nyoman Dharma Putra, WANITA BALI TEMPO DOELOE perspektif masa kini, penerbit Bali Jani)

4 Comments:

Anonymous Anonymous said...

kontradiksi antara tulisan dan foto. dalam tulisan, wanita Bali ditampilkan hebat dan cerdas, ilustrasi fotonya kok wanita pamer buah dada.

7:53 PM  
Anonymous Anonymous said...

KATA KONTRADIKSI DALAM COMMENT ANDA SAMA DENGAN UU PORNOGRAFI YANG DIBERLAKUKAN DI BALI, TERLALU SEMPIT BAHKAN TERDENGAR AGAK SARKASME. COBA DEH ANDA TELUSURI ADAT, SEJARAH, ORANG ORANG BALI, TELANJANG DADA BAGI WANITA BALI, BUKAN, MAAF, PAMER DADA SEPERTI YANG SELAMA INI ADA DIBENAK ORANG ORANG YANG SELALU MENYAMARATAKAN KATA "TELANJANG DADA" ATAU "PAMER BUAH DADA" SEPERTI KATA ANDA. COBALAH PAHAMI INDONESIA SEBAGAI BANGSA BESAR DENGAN KEANEKARAGAMAN BUDAYA, ADAT, SUKU BANGSA DENGAN MEMAHAMI "ADA APA SIH" DIBALIK SESUATU YANG KITA LIHAT ATAUPUN KITA DENGAR DENGAN WAWASAN DAN PEMIKIRAN YANG LUAS.
SAY NO TO UU PORNOGRAFI DI INDONESIA !!!!
PORNOGRAFI BUKAN TERLETAK DALAM MATA SESEORANG TAPI DALAM PIKIRAN DAN HATI MANUSIANYA..........

1:42 AM  
Anonymous dwi said...

perjuangan wanita indonesia khususnya Bali masih jauh dari titik kulminasinya....realita ketika kita masuk ke daerah, masih banyak wanita bali yang belum berubah secara mind setnya...terus lah berjuang kaum wanita

1:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

orang yang melihat photo ini kalo sampai punya pikiran ngeres dan jorok perlu di pertanyakan pendidikan agamanya , orang orang seperti ini yang akan menghancurkan peradaban bangsa indonesia.

12:26 PM  

Post a Comment

<< Home