Saturday, August 06, 2005

Filsuf Perempuan

Filsafat mempunyai hubungan keganjilan terhadap perempuan. Pandangan tentang perempuan seringkali bias, seksis atau sama sekali diabaikan. Padahal sejak abad ke-17 telah ditemukan karya-karya filsuf perempuan yang membahas persoalan-persoalan filosofis, seperti metafisika, epistemology, teori moral, filsafat sosial dan politik, estetika, filsafat teologi, filsafat ilmu dan filsafat pendidikan. Mary Ellen Waithe dalam bukunya History of Women Philosophers, telah memperlihatkan bahwa sejak 600 SM hingga 500, karya-karya filsafat perempuan sebenarnya telah lama muncul. Dari filsafat Yunani muncul nama-nama, seperti Themistoclea, Theano I dan II, Arignote, Myia, Damo, Aesara dari Lucania, Phintys dari Sparta, Perictione I dan II, Aspasia dari Miletus, Julia Domna, Makrina, Hypathia dari Alexandria, Arete dari Cyrene, Asclepigenia dari Athens, Axiothea dari Philesia, Cleobulina dari Rhodes. Pada volume kedua dari bukunya, Waithe mendaftarkan nama-nama filsuf perempuan yang masuk kategori humanis, seperti Isotta Nogarola, Laora Creta, Casandra Fidele, Olimpia Morata dan Caritas Pickheimer.

Mengapa nama-nama filsuf perempuan tersebut sangat jarang muncul ke permukaan jika tidak mau dikatakan tidak ada? Hal ini sebetulnya tidak mengherankan sebab sudah sejak lama ada upaya-upaya untuk memboikot perempuan berfilsafat, dan ini memang sudah sering dilakukan. Di dunia akademis hal ini jelas terlihat. Pada abad pertengahan misalnya, hanya ada beberapa perempuan yang diperkenankan untuk mendengarkan kuliah-kuliah filsafat, dan ini statusnya hanya sebagai pendengar dan bukan peserta aktif dalam kuliah. Pada awal abad ke-17, tercatat nama Anna Maria van Schurman yang mengikuti kuliah filsafat tapi ini bukan di bangku kuliah karena ia mengikutinya di balik tirai salah satu kelas di Universitas Utrect. Baru pada pertengahan abad ke-17, tepatnya 1678, tersebut nama Elena Cornaro Piscopia yang merupakan perempuan pertama peraih gelar doktor filsafat di Universitas Padua, Venecia. Kejadian ini begitu menggemparkan kota Venecia sehingga tidak mengherankan jika acara pengukuhan doktor perempuan pertama bidang filsafat ini menjadi tontonan pengunjung sekitar 20.000 orang. Karena terlalu menghebohkan, tidak lama setelah pengukuhan Elena Cornaro Piscopia, pihak universitas kemudian memutuskan untuk menolak menerima mahasiswa perempuan.
(Gadis Arivia, Filsafat berperspektif Feminis, penerbit Yayasan Jurnal Perempuan)

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Thank you for referencing my work
Mary Ellen Waithe
Cleveland State University
Cleveland OHIO, USA

5:37 AM  

Post a Comment

<< Home