Pemuja buku
Telah kuawali kehidupanku, pasti seperti aku akan menutupnya: ditengah buku-buku. Dalam kantor Kakek, buku ada dimana-mana; tidak boleh dibereskan kecuali setahun sekali,menjelang dimulainya ajaran baru sekolah di bulan Oktober. Meski belum bisa membaca, aku sudah memuja buku-buku yang nampak seperti tegaknya monumen batu: entah berdiri atau miring, sesak seperti bata di rak-rak perpustakaan atau berserakan di sana-sini seolah barisan menhir. Aku bisa merasakan bahwa kemakmuran keluarga tergantung pada buku-buku itu. Mereka semua mirip satu dengan lainnya, dan aku harus berjuang sendiri berjingkrak-jingkrak di ruang buku-buku nan suci itu, dikelilingi oleh wajah-wajah monumen kokoh dan kuno, yang telah menyaksikan kelahiranku, dan yang akan menyaksikan kematianku. Kekekalannya menjamin masa depan yang sedamai masa lalu.
[Jean Paul Sartre; KATA-KATA; PT. Gramedia Pustaka Utama 2001]