Saturday, September 03, 2005

Tabir adalah lambang perbudakan




Bagi saja tabir itu adalah satu simbul perbudakan, jang tidak dikendaki oleh Islam. Saja ingat bahwa dulu H. A. Salim pernah merobek tabir di salah satu rapat umum, - ja merobek, terang-terangan! Di dalam pandangan saja, perbutan beliau itu adalah satu perbuatan, jang lebih besar misalnja daripada menolong orang dari pahlawan air laut jang sedang mendidih atau masuk pendjara karena delik sekalipun. Sebab perbuatan sedemikian itu minta keberanian moril jang besar. Apakah jang saya perbuat? Bukan menundjukkan keberanian jang besar, tetapi…keluar dari itu rapat moril “sebagai protes”,- al seen laffe hond!

Saja tidak boos sahadja, saja tidak marah. Saja toch tidak bisa marah kepada sesuatu adat jang kolot, pun tidak marah kepada saudara-saudara jang berlainan faham dengan saja itu. Mereka tidak sengadja mau menghina kaum perempuan. Mereka ada merdeka didalam kejakinan mereka dan sajapun merdeka djuga. Saja adalah murid dari Historische School van Marx. Hal tabir itu saja pandang historisch pula, zuiver onpersoonlijk. Tampaknja seperti soal ketjil, soal kain jang remeh. Tapi pada hakekatnja soal mahabesar dan mahapenting, soal jang mengenai segenap maatschappelijke positie kaum perempuan. Saja ulangi: tabir adalah simbul dari perbudakan kaum perempuan! Meniadakan perbudakan itu adalah pula satu historische plicht!

(Ir. Sukarno, Tabir adalah lambang perbudakan, Pandji Islam, 1939)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home